MEREKA BUKAN YANG TERBAIK
Senja telah berganti malam, menyelimuti gerah dan peluh yang bercucuran. Aktifitas pun baru dimulai, Disisi pesisir pantai yang ramai, biasa dikunjungi oleh para remaja sebagai tempat melepas kepenatan dan rindu dengan kekasihnya. Sepasang tangan yang bergandengan terlihat mesra, memandangi indahnya remang-remang rembulan yang menyinari malam itu, namun tak ada yang tahu dan mau tahu mengapa mereka ada disana. Malam semakin beranjak seperti enggan berlalu. Niyala… biasa disapa seperti itu.. gadis cantik berumur dua puluh satu tahun, bertubuh kutilang (kurus, tinggi, langsing), dalam bahasa Sasak disebut awakpenyampe’ tubuh yang ideal untuk ukuran wanita Sasak. Sasak adalah suku yang ada didalam masyarakat di pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Niyala semakin terlihat begitu cantik dengan rambut tergerai yang tertiup angin malam. Niyala adalah seorang mahasiswi semester lima sebuah Universitas Negeri di kota itu.
Niyala diam terpaku, dalam lamunannnya melihat indahnya gemerlap bintang di langit, dan aroma air laut yang tercium menyatu dengan suasana malam itu.
Niyala terlihat semakin erat menggengam tangan lelaki disebelahnya. Peluh didadanya seakan bersatu dengan irama detak jantungnya, yang berpacu tak menentu. Terlihat lelaki disebelahnya tenang menikmati ragam warna kehidupan orang yang lalu lalang melintas didepannya.
“Kau bahagia sayang?” bisik lelaki itu pelan, seakan suara itu tak ingin dinikmati orang lain. Tak ada jawaban, tetapi sentakan tangan Niyala menyadarkan, sebenarnya mereka tak harus disini sampai larut malam seperti ini…
Niyala hanya menghela napas panjang.”kita orang gila, benar-benar gila!” katanya dengan sendu.
” Kita pulang saja!” dan tanpa menanti lelaki yang ternyata kekasihnya, laki-laki itu bernama Haidar, laki-laki yang cukup tampan dengan tubuh ideal menggunakan switer merah,, Niyala bergegas hendak pergi, namun tangan Haidar menariknya untuk duduk kembali disampingnya dan menyadarkan Niyala bahwa mereka tak mungkin pulang pada malam itu... mereka lebih baik memilih diam disana menikmati keindahan malam ketimbang pulang dan menerima kemarahan wali kos tempat mereka tinggal karena pulang larut malam.
Malam sudah larut namun tempat itu masih terlihat ramai,, karena banyak pedagang yang menjual berbagai makanan,, disana Niyala juga melihat sepasang kekasih asyik di bawah keremangan malam, bersandar bahu bercerita entah cerita apa.
”Kau kenapa?, senyumlah.. malam ini kau terlihat begitu cantik... aku bahagia bisa bersamamu malam ini, barangkali ini akan menjadi malam yang paling indah”. ” tunggu disini, aku akan membelikan mu jagung bakar, dengan bumbu keju pedas, kau sangat suka bukan??” sambil beranjak meninggalkan Niyala.
Niyala terhenyak, teringat kisahnya dengan seseorang yang sering membawakan jagung bakar keju pedas kerumahnya. Sebenarnya kisah itu teramat lama, berkarat dalam dadanya. Tak ada perasaan apa-apa yang selalu mengingatkan ia pada kisah usang itu. Empat tahun ia telah merelakan dan menerima semua, tak pernah ia berharap akan bertemu dengan siapapun apalagi masa lalunya.
Haidar kembali dengan membawa jagung bakar dan 2 kaleng minuman bersoda. ”makanlah, ini sangat nikmat,” ini rasa paforitmu kan??” Niyala hanya membalas dengan senyum..
Malam pun berlalu.. sinar rembulan digantikan sinar mentari yang menyapa pagi setiap insan. Mereka bergegas pulang karena hari itu Niyala ada jam kuliah..
Hari yang dilalui Niyala adalah hari yang patah dan terekat, terkadang begitu rapuh dan terkadang hampir terputus. Sekali juga, masa lalu Niyala bagai mata pisau yang mengiris tipis belahan dadanya, dan membuatnya menjadi begitu merasa rapuh, dan ingin menyerah. Yah, menyerah pada keadaan, meninggalkan hidup namun semua itu tak mungkin. Kini cintanya ada yang memiliki, dan tak ingin mengingat apa yang terbagi dimasa lalunya.
Pukul 11.00 Wita, Niyala berada di kampus. Ia duduk menyendiri ditaman Firdaus, Yah, begitu Niyala dan Arina sahabatnya menyebut taman belakang gedung C di kampusnya karena taman itu begitu sejuk dan indah. Disana mereka berimajinasi bahwa tempat itu adalah surga, tempat saling mencurahkan keluh kesah dan melepas kepenatan sambil menunggu jam kuliah selanjutnya. Namun hari ini Arina belum muncul dihadapannya, ia hanya sendiri menikmati pemandangan dan hiruk pikuk suasana kampus yang dihebohkan oleh kegiatan mahasiswa yang sibuk mengurus urusannya masing-masing. Niyala tersenyum sendiri melihat banyak keunikan dan keanehan yang tergambar dari tingkah mahasiswa lainnya.
”haaaaa!!!!” suara itu memecahkan lamunan Niyala, ”Aakh.. kau Arin mengagetkan ku saja” Niyala memandang kesal,, ”hehee.. kau sech senyum-senyum sendiri gak karuan, ada apa sech??, cerita dounkz..” ejek Arina sambil cengengesan.
”ahk.. gak ada apa-apa, lucu aja ngeliat tingkah orang-orang tu” jawab Niyala singkat.
”Niy kau belum dengar kabar ya,,, di kelas VB da mahasiswa baru pindahan dari UGM, katanya cowok itu ganteng bangeeeeet,,,, dia juga lumayan pintar, IPnya di atas 3,5...” hmmmm...” sambil mengingat-ingat Arina menepu-nepuk kepalanya. ” Namanya kalau gak salah E..e.rrlan, ya benar Erlan.” ”Ya memang, kalo gak salah berarti benar” sahut Niyala serius.
Meski begitu hati kecilnya terhentak dan tidak tahu kenapa jantungnya berdebar sepertinya nama itu tidak asing lagi”Erlaan” pikirnya dalam hati. ”Apakah yang d,imaksuud Erlanda Putra?” akhirnya tak sadar terucap sebuah nama yang sudah puluhan tahun bagai bayangan kematian yang teramat menakutkan, entah dengan perasaan apa nama itu terdengar setelah hampir terlupa.
Mendengar nama itu terasa seluruh didekatnya mendera kesadarannya, hingga ia merasa terangkat ketempat dimana ia dan dunianya terpisah.
Ada yang terasa sesak dan ada perasaan lain yang menyeruak tak terkendali. Dada yang beberapa tahun ini berdetak dengan irama stabil, tiba-tiba menjadi gelora yang hampir membuatnya terjerebab.
Dia benar-benar merasa takut, tetapi juga teramat bahagia. Dia tak akan mampu berbantah dengan hatinya sendiri, jika jujur hari itu ia menjadi dua orang yang langsung memiliki dua sisi yang secara ajaib membuatnya menjadi berbeda dari beberapa detik yang lalu, bahkan dari sepanjang ribuan malam yang telah dilaluinya beberapa tahun ini.
“heiii... kau kenapa??” mengapa kau diam berdiri mematung seperti itu?? Da yang salah ya.. dengan nama itu??” tanya Arina yang menyadarkan Niyala. Dengan senyum khas miliknya. Ia tersenyum entah senyum apa, yang jelas betapa ia tak ingin temannya itu tahu ada yang bakalan akan sangat mengganggu harinya setelah hari ini.
“Erlan” bisik bibir tipisnya tanpa sengaja. ”Mengapa kau kembali, mengapa?” tak terasa seluruh perasaannya tertumpah dalam keluh yang hanya dia yang mendengarnya. Dan tanpa bisikan sedikit pun untuk mengingat tentang dirinya dan Haidar.
“Hmm.. Ayo kita masuk kelas, udah ada dosen” Arina menarik tangan Niyala yang sedari tadi hanya terdiam dalam lamunan yang hanya dia yang tahu.
Pukul 15.00 Wita. Jam kuliah telah selesai, Niyala keluar kelas beranjak di koridor, ada sosok yang berjalan terburu-buru tanpa melihat orang didepannya, sosok itu menabrak tubuh Niyala hingga buku yang ia bawa terjatuh dari tangannya. Namun sedikit pun Niyala tak marah Karena ia hanya diam terpaku memandang sosok lelaki yang menabraknya. Antara percaya dan tidak yang ada dihadapannya adalah seseorang yang selama ini berusaha ia hapus dari kehidupannya.
“Nayaa..?” suara itu menyadarkannya.. Panggilan yang selama empat tahun lebih ia tak pernah lagi mendengarnya, ada rasa sakit yang tersirat namun sedikit terobati dengan pertemuan itu.
“kamu tidak apa-apa??” sambil membungkuk membantu mengambil buku Niyala. “Tidak apa-apa.. aku bisa sendiri kok” dengan cepat Niyala bangun dan mengambil bukunya.
Niyala tak mampu menahan sesak didadanya, ia bergegas hendak pergi dari hadapan Erlan, namun tarikan tangan Erlan menghentikan langkahnya. “Sebentar Nay aku ingin bicara”. Niyala tak ingin menoleh, “Maaf lain kali saja, aku buru-buru” sambil menarik tangannya dan beranjak pergi dari hadapan Erlan.
“Maafkan aku Lan, aku belum sanggup menatapmu lebih dalam,,” jerit hati Niyala sambil berlalu. Erlan hanya terdiam melihat langkah Niyala yang pergi meninggalkannya.
Hari itu pertama dalam hidupnya, ia merasa teramat lelah. Ternyata beban hati jauh membuatnya merasa menghabiskan seluruh energinya.
Diparkiran Haidar telah menunggunya, itulah salah satu bentuk pembuktian cinta dari Haidar. Haidar akan selalu ada untuknya. Namun sore itu Niyala tidak terlihat seperti biasanya. “kamu kenapa sayang?? Apa kamu sakit??” tanya Haidar, “ gak, aku hanya kecapean?” jawab Niyala, Haidar mengrti mungkin hari itu pacarnya benar-benar lelah, Haidar tidak banyak menuntut Niyala untuk menemaninya. Haidar akan selalu mengerti keadaannya.
Hari-harinya mulai terganggu dengan hadirnya sosok Erlan di kampus itu. Pikiran Niyala penuh, penuh dengan berbagai pertanyaan “Mengapa? Mengapa kau hadir lagi dalam ingatan dan hiupku?, setelah dulu kau tanpa bersalah meninggalkanku, meningglkan cinta dan keperayaan yang kuberikan,” pertanyaan demi pertanyaan terlontar dihatinya tanpa tersampaikan pada orang yang dituju.
Niyala tidak sanggup lagi menahan rasa sesak dihatinya, sesak yang mengganggu tidurnya dan hubungannya dengan Haidar. Namun Niyala pun memutuskan untuk jalan lagi dengan Erlan,. Sesak didada Niyala berkurang karena kini ia bersama lagi dengan orang yang pernah mengisi hari-harinya dengan cinta yang luar biasa karena Erlan adalah cinta pertama Niyala.
Setiap hari di kampus Niyala selalu bersama Erlan menghabiskan waktu luang di taman Firdaus, kini Niyala jarang terlihat bersama Arina, ia selalu bersama Erlan. Erlan terlihat sangat perhatian pada Niyala, ia sadar telah menyakiti Niyala. Erlan ingin menebus semua kesalahan itu.
Beberapa hari ini Niyala melalui harinya dengan dua orang yang berbeda, menikmati rasa dari dua orang yang berbeda, dan Haidar mulai merasakan perbedaan itu. Ada rasa yang tidak pernah ia rasakan selama mereka menjalin hubungan, perhatian Niyala berkurang dan menjadi lebih santai ketika mereka ada masalah.
Siang berganti malam,, malam pun berganti siang Niyala terus menjalani dua kepribadian yang berbeda. Siang itu begitu indah bagi Niyala, ia sangat bahagia karena Erlan mengajaknya makan siang ke sebuah rumah makan tak jauh dari kampusnya. “Naya kau mau makan apa???” Erlan mulai pembicaraan. “apa aja dach, terserah kamu” jawab Niyala. Erlan memesan dua porsi menu makan siang dan jus jeruk. Mereka sedang asyik-asyiknya menikmati makan siang tiba-tiba di belakang tempat duduk Niyala berdiri seorang laki-laki yang tidak asing bagi Niyala. “ehem,, boleh ikut duduk??” sapaan lembut Haidar mengejutkan Niyala yang tadinya terlihat sangat menikmati makan siang itu. Erlan hanya diam melihat Niyala yang tak mampu mengeluarkan satu patah kata pun. “santai aja Niy, aku gak marah kok. Yang penting sekarang kamu jelaskan semua” dengan santai Haidar menghadapi semuanya. “sekarang kamu harus memilih aku atau dia” kata-kata Haidar tiba-tiba keluar seperti itu. Niyala tetap diam ia tak tahu harus jawab apa. “baik.... kamu diam berarti kamu memilih dia” Haidar terus-menerus berbicara, dan mengambil keputusan sepihak tanpa memberikan Niyala untuk membela diri dalam diamnya. “ sekarang kita tidak ada hubungan lagi, tapi kita masih bisa berteman. Aku akan pergi silahkan lanjutkan makan siangnya.” Haidar langsung pergi meninggalkan Niyala dan Erlan begitu saja..
Beberapa detik berlalu Erlan dan Niyala masih terdiam. Niyala memulai pembicaraan “ sebelum kau bertanya, aku akan memutuskan, karena aku yakin kamu dan Haidar tak pantas untukku. Aku tidak akan memilih siapa-siapa diantara kalian, karena cinta tak harus memiliki, cintaku untukmu cukup kupendam dalam hatiku.” Erlan menerima dengan senyum yang berarti itu ia menerima keputusan Niyala karena Erlan sadar ia dulu telah menyakiti Niyala. Erlan tidak mau memaksakan hati Niyala untuk memilih disaat yang seperti itu.
Setelah hari itu Niyala memulai kehidupannya tanpa cinta. Cinta bagi Niyala hanyalah lukisan kehidupan yang kadang memberi rasa bahagia, dan terkadang rasa sakit yang memberi rasa perih dihati karena cinta itu sulit dimengerti. Niyala sadar antara Haidar dan Erlan bukanlah yang terbaik. Dan ia yakin sutau saat nanti Tuhan akan memberikan Cinta yang jauh lebih luar biasa dari cinta Haidar dan Erlan untuknya.
By : Na Agun
Komentar
Posting Komentar